Burung Puyuh (Coturnix-coturnix Japonica)
1. SEJARAH SINGKAT
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak
dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu.
Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut
“Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika
Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di
Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini
mulai bermunculan di kandangkandang ternak yang ada di Indonesia.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sentra Peternakan burung puyuh banyak
terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
3. JENIS
kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix Japonica
4. MANFAAT
- Telur dan dagingnya mempunyai nilai
gizi dan rasa yang lezat
- Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan
atau perabot rumah tangga lainnya
- Kotorannya sebagai pupuk kandang
ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman
5. PERSYARATAN LOKASI
- Lokasi jauh dari keramaian dan
pemukiman penduduk
- Lokasi mempunyai strategi transportasi,
terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
- Lokasi terpilih bebas dari wabah
penyakit
- Bukan merupakan daerah sering banjir
- Merupakan daerah yang selalu
mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang
peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan
usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
A. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1). Perkandangan
Dalam sistem perkandangan yang perlu
diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25
derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang
hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk
cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar
matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.
Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang
biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar
(batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh,
selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan.
Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.
Adapun kandang yang biasa digunakan dalam
budidaya burung puyuh adalah:
a. Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap
produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau
ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan
dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.
b. Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang
untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan
peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.
c. Kandang untuk anak puyuh/umur
stater(kandang indukan)
Kandang ini merupakan kandang bagi anak
puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai
tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih
memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan
kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas.
Biasanya ukuran yang sering digunakan
adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm.
(cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
d. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6
minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama
dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.
2). Peralatan
Perlengkapan kandang berupa tempat makan,
tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.
B. Peyiapan Bibit
Yang perlu diperhatikan oleh peternak
sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha
perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha
peternakan.
Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan
dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung
puyuh, yaitu:
a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih
bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih
bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan atau produksi telur
tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan
yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang
baik.
C. Pemeliharaan
a. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada
pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh
perlu dilakukan sedini mungkin.
b. Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap
saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera
dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan
setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.
c. Pemberian Pakan
Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk
puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan
tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan
dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua)
kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum
hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak
puyuh pada bibitan terus-menerus.
d. Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi
dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes
mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan
apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari
PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat
Anda beternak puyuh.
7. HAMA DAN PENYAKIT
A. Penyakit
a. Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk
spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup,
bulu kelihatan kusam, kotoran berk yang membentuk spora dan menyerang usus,
sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup,
bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
Pengendalian: memperbaiki tata laksana
pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah
terinfeksi.
b. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk,
bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang
berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu
kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan
lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo,
ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah
tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta
melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
c. Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan
merupakan penyakit menular.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu
makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama dengan pengendalian
penyakit tetelo.
d. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu
makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan
lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule
diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum
atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox
e. Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa
unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada
kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila
dilepaskan akan
mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin dipteria dan
mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.
f. Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus
(adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam,
gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang
mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi
dengan sanitasi yang memadai.
g. Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
Gejala: Puyuh mengalami gangguan
pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu
makan berkurang.
Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang
dan lingkungan sekitarnya.
h. Cacingan
Penyebab: sanitasi yang buruk.
Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan
lemah.
Pengendalian: menjaga kebersihan kandang
dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
8. P A N E N
A. Hasil Utama
Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur,
yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari
selama masa produksi berlangsung.
B. Hasil Tambahan
Sedangkan yang merupakan hasil tambahan
antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.
9. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
A. Analisis Usaha Budidaya
1) Investasi
a. kandang ukuran 9 x 0,6 x 1,9 m (1
jalur + tempat makan dan minum) Rp. 2.320.000,-
b. kandang besar Rp. 1.450.000,-
2) Biaya pemeliharaan (untuk umur 0-2
bulan)
a. ay Old Quail (DOQ) x Rp 798 (Harga DOQ)
Rp. 1.596.000,-
b. Obat (Vitamin + Vaksin) Rp. 145.000,-
c. Pakan (selama 60 hari)
Jumlah biaya produksi
a. Keadaan puyuh:
- Jumlah anak 2000 ekor (jantan dan
betina)
- Resiko mati 5%, sisa 1900
- Resiko kelamin 15% jantan, 85% betina
(285 jantan, 1615 betina)
- Setelah 2 bulan harga puyuh bibit Rp
3.625,- betina dan Rp 725 jantan
- Penjualan puyuh bibit umur 2 bulan
Minus Rp. 2.981.200,-
Rp. 4.722.200,-
Rp. 4.408.000,-
Rp. -314.200,-
3) Biaya pemeliharaan (0-4 bulan)
- 200 DOQ x Rp 798,- Rp. 159.600,-
- Obat (vitamin dan Vaksinasi) Rp.
290.000,-
- Pakan (sampai dengan umur 3 minggu) Rp.
2.459.925,-
Pakan (s/d minggu ke 4) betina 1615 ekor
dan 71 ekor jantan (25% jantan layak bibit) Rp. 5.264.051,-
Jumlah biaya produksi Rp. 8.173.576,-
Keadaan puyuh:
- Mulai umur 1,5 bulan puyuh bertelur
setiap hari rata-rata 85%, jumlah telur 1373 butir
- Hasil telur 75 hari x 1373 x Rp 75,- Rp.
7.723.125,-
- Puyuh betina bibit 1615 ekor @ Rp
3.625,- Rp. 5.854.375,-
- Puyuh jantan bibit 75 ekor @ Rp 798,-
Rp. 59.850,-
- Puyuh jantan afkiran 214 ekor @ Rp 725,-
Rp. 155.150,-
4) Keuntungan dari hasil penjualan Rp.
5.618.924,-
5) Biaya pemeliharaan (sampai umur 8
bulan)
a. Biaya untuk umur 4-8 bulan Rp.
1.625.137,-
6) Pendapatan
a. Hasil telur (0,5 bulan) 195 x 1373 x Rp
75,- Rp. 20.080.125,-
b. Hasil puyuh afkir 1615 ekor @ Rp 798,-
Rp. 1.288.770,-
c. Hasil jantan afkir 71 ekor @ Rp 725,-
Rp. 51.475,-
d. Hasil jantan afkir (2 bln) 214 ekor @
Rp 725,- Rp. 155.150,-
7) Keuntungan beternak puyuh petelur dan
afkiran jual Rp. 10.950.113,-
Jadi peternak lebih banyak menjumlah
keuntungan bila beternak puyuh petelur, baru kemudian puyuh afkirannya di jual
daripada menjual puyuh bibit. Analisa usaha dihitung berdasarkan harga-harga
yang berlaku pada tahun 1999.
DAFTAR PUSTAKA
- Beternak burung puyuh, 1981. Nugroho,
Drh. Mayen 1 bk. Dosen umum Ternak Unggas Fakultas Kedokteran Hewan dan
Peternakan, Universitas Udayana.
- Puyuh, Tatalaksana Budidaya secara
komersil, 1992. Elly Listyowati, Ir. Kinanti Rospitasari, Penebar Swadaya,
Jakarta.
- Memelihara burung puyuh, 1985. Muhammad
Rasyaf, Ir. Penerbit Kanisius (Anggota KAPPI), Yogyakarta.
- Beternak burung puyuh dan Pemeliharaan
secara komersil, tahun 1985. Wahyuning Dyah Evitadewi dkk. Penerbit Aneka Ilmu
Semarang